Televisi
adalah sebuah media telekomunikasi
terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara,
baik itu yang monokrom
(hitam-putih) maupun berwarna.
Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε,
"jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan")
dari bahasa
Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak
jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.” Penggunaan
kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak
televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi". Penemuan
televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan
ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal
sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve
ataupun tipi.) Kotak
televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan
sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis,
maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta
menjadi media periklanan.
“Televisi telah berhasil mengubah dunia kita”, begitu Raymond Williams (Price, 1993:395) menyimpulkan pernyataannya. Kehadiran televise mengalahkan media lain, bukan hanya perkembangannya yang luas dan cepat sebagai sebuah teknologi tapi juga asumsi bahwa bentuk-bentuk popular mengalami peningkatan yang signifikan dalam efek social. Televisi dengan karakter audio-visualnya mampu merebut khalayak secara luas, massif, heterogen, serta nyaris tanpa biaya dan keahlian khusus untuk bisa mengaksesnya. Dengan sifatnya itu, televisi sering kali mengambil isi dan bentuk yang bersifat popular: mudah dipahami, universal dan menghibur (McQuail, 1994:38). Bahkan Neil Postman (Po stman, 1995:90) mengatakan, istilah televise yang
serius adalah kontradiksi dari suatu ungkapan bahwa televise hanya bicara pada
satu bahasa: yaitu hiburan.
Membicarakan televisi juga berarti membahas tentang potensi ekonomi dan segi komersialisasinya. Semua mediamassa termasuk televisi
tak pernah lepas dari kedua komoditi yang ditawarkannya, yaitu isi yang dijual
pada khalayak dan khalayak yang dijual kepada pemasar dalam bentuk porsi iklan.
Palembang Televisi (PALTV) sebagai televisi lokal pertama di Bumi Sriwijaya memfokuskan diri terhadap minat & keinginan pemirsa di Sumatera Selatan khususnya Kota Palembang. Kalau televisi nasional memberikan program yang bersifat umum dan universal maka PALTV lebih menekankan kepada proksimiti (kedekatan), melibatkan pemirsa melalui program interaktif baik dengan cara interaktif via telepon, SMS dan melakukan kegiatan off air untuk memperkuat penetrasi ke masyarakat. Sesuai dengan motto program PALTV yaitu; “Memang Punyo Kito”.
Siapakah segmen pemirsa PALTV? Sebagai televisi lokal tentu PALTV ingin diterima di semua lapisan masyarakat. Intinya, PALTV ingin menjadi bagian dari masyarakat sehingga PALTV memposisikan diri sebagai televisi keluarga (all segment). Pemirsa PALTV memiliki karakter khasPalembang yaitu : bersifat dinamis,
memiliki fanatisme yang tinggi terhadap budayanya, solidaritas yang kuat, lugas
dan ekspresif, memiliki keingintahuan yang tinggi, senang terlibat dalam acara televisi
dan agamis.
Dengan beberapa dasar tersebut maka PALTV yang berdiri pada tanggal 9 September 2007 membuat program yang betul-betul dekat dengan masyarakat. Yaitu memilih program yang lebih menekankan pada CONTENT LOCAL (70-80%). Membuat program yang banyak melibatkan masyarakat sebagai peserta. Selain itu juga sebagian program ditayangkan dalam format LIVE dan INTERAKTIF dengan pemirsa. Penggunaan bahasa di beberapa program menggunakan bahasaPalembang . Memperbanyak kegiatan OFF
AIR terutama pada program unggulan. Dalam penempatan program (scheduling) PALTV
memakai pertimbangan yaitu waktu menonton pemirsa (viewing habit), jenis
pemirsa (segmen pemirsa), kompetisi program di stasiun televisi lain dan jenis
program/content yang dimiliki. Dengan
kekuatan tx (transmiter) 10 Kw, coverage areanya meliputi sekitar Kota
Palembang, Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan Ilir serta sebagian Kab Muara
Enim, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin dan Kota Prabumulih. Kehadiran PALTV
tentu saja mendapat sambutan hangat masyarakat Sumatera Selatan khususnya Kota
Palembang. Itu lantaran, PALTV sebagai televisi lokal pertama di Sumatera
Selatan lebih tahu apa yang dinginkan pecintanya.
“Televisi telah berhasil mengubah dunia kita”, begitu Raymond Williams (Price, 1993:395) menyimpulkan pernyataannya. Kehadiran televise mengalahkan media lain, bukan hanya perkembangannya yang luas dan cepat sebagai sebuah teknologi tapi juga asumsi bahwa bentuk-bentuk popular mengalami peningkatan yang signifikan dalam efek social. Televisi dengan karakter audio-visualnya mampu merebut khalayak secara luas, massif, heterogen, serta nyaris tanpa biaya dan keahlian khusus untuk bisa mengaksesnya. Dengan sifatnya itu, televisi sering kali mengambil isi dan bentuk yang bersifat popular: mudah dipahami, universal dan menghibur (McQuail, 1994:38). Bahkan Neil Postman (
Membicarakan televisi juga berarti membahas tentang potensi ekonomi dan segi komersialisasinya. Semua media
Palembang Televisi (PALTV) sebagai televisi lokal pertama di Bumi Sriwijaya memfokuskan diri terhadap minat & keinginan pemirsa di Sumatera Selatan khususnya Kota Palembang. Kalau televisi nasional memberikan program yang bersifat umum dan universal maka PALTV lebih menekankan kepada proksimiti (kedekatan), melibatkan pemirsa melalui program interaktif baik dengan cara interaktif via telepon, SMS dan melakukan kegiatan off air untuk memperkuat penetrasi ke masyarakat. Sesuai dengan motto program PALTV yaitu; “Memang Punyo Kito”.
Siapakah segmen pemirsa PALTV? Sebagai televisi lokal tentu PALTV ingin diterima di semua lapisan masyarakat. Intinya, PALTV ingin menjadi bagian dari masyarakat sehingga PALTV memposisikan diri sebagai televisi keluarga (all segment). Pemirsa PALTV memiliki karakter khas
Dengan beberapa dasar tersebut maka PALTV yang berdiri pada tanggal 9 September 2007 membuat program yang betul-betul dekat dengan masyarakat. Yaitu memilih program yang lebih menekankan pada CONTENT LOCAL (70-80%). Membuat program yang banyak melibatkan masyarakat sebagai peserta. Selain itu juga sebagian program ditayangkan dalam format LIVE dan INTERAKTIF dengan pemirsa. Penggunaan bahasa di beberapa program menggunakan bahasa
penulisan kreatif
latar belakang skripsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar