Laman

Selasa, 14 Mei 2013

Opini


Perubahan

Menanggapi perdebatan yang berkembang di masyarakat mengenai kepemimpinan sejak dulu dimana ada dikatomi yang menggunakan simbol-simbol bahwa calon pemimpin suatu daerah tertentu harus berasal dari daerah itu sendiri dan sebagainya.
Di zaman modern saat ini sudah tidak tepat lagi, jika kita masih terlalu sempit memandang kepemimpinan itu berdasarkan pengkotakan yang ada sejak dulu. Sudah perlu adanya ”pergeseran” saat ini, sudah waktunya mengalami perubahan, dan masyarakat perlu mendapatkan pendidikan politik yang baik, dimana sudah tidak tepat lagi untuk menilai kepemimpinan dari pandangan yang sempit. Kepemimpinan bukan lagi dilihat berdasarkan pengkotakan, tapi haruslah dilihat dari segala aspek yang kompleks dan kapabilitas seseorang itu tanpa memandang asal-usul budayanya. Untuk menjadi negara yang maju, sudah waktunya kita keluar dari “Safety box” yang selama ini ternyata membelenggu, bahkan menyebabkan bangsa ini hanya jalan di tempat. Untuk membentuk suatu makna berdasarkan kesepakatan bersama, tidak lagi mengganggap bahwa makna yang selama ini telah terbentuk itu bersifat sakral.
Lihat saja fenomena yang terjadi di Jakarta saat ini, dimana seorang Gubernur yang terpilih berasal dari Solo. Ini membuktikan masyarakat sudah berpikir luas, publik sebagai pasar yang bakal memilih pastinya akan memiliki indikator-indikator yang terbaik yang dapat menjadi acuan, apa yang telah di perbuat selama memegang amanah.
Patut kita pertanyakan prestasi apa yang telah di buat, indikator sebuah prestasi tentu saja bukan hanya selembar sertifikat penghargaan atau berupa sederetan  piala. Tapi dengan kewenangan besar dalam konsep otonomi daerah, apa yang telah dicapai.
Apa mungkin saja hanya modal keberanian dan membawa sejumlah dukungan. Tapi karena berani malu mereka mengatakan siap untuk memimpin. Siapa pun bisa menempel umbul-umbul, spanduk, baliho, selebaran di tiang listrik, di pagar rumah, di tembok ruko,  dan di pohon-pohon. Saya pikir tidak cukup sistem  berdemokrasi dengan komunikasi politik menempel foto-foto di  sembarang tempat tadi yang hanya membuat pohon dan tiang listrik menjerit karena sudah makin berat beban yang di pikul. Pertanyaanya untuk siapa mereka yang berebutan menjadi pemimpin itu? Kembali kepada rakyat, memilih pemimpin bukan karena tampang pada foto-foto tersebut, memilih pemimpin karena sudah teruji dan memiliki prestasi. Coba lihat track record masing-masing calon, jangan sampai kita tidak tahu.
Menjadi pemimpin adalah amanah, jadi siapapun yang akan memimpin daerah asal kita, dari mana mereka berasal, kita patut berpikir positive dengan melihat siapa mereka sebelumnya dan apa yang mereka telah perbuat atau prestasi apa yang telah mereka lakukan baik di daerah kepemimpinan mereka sebelumnya atau pun di Negara. Karena amanah yang diperoleh itu menjadi alat pertanggung jawaban di hadapan publik dan Tuhan.  

Penulisan Kreatif
Opini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar